Klaim Kemenag Terkait Pelayanan Haji tak Sesuai Kenyataan

Jakarta, ON: Kementerian Agama boleh saja mengklaim penyelenggaraan haji 2012 berjalan lancar. Kenyataannya di lapangan hal tersebut jauh dari yang diharapkan.

Salah satu ketidaksiapan Kemenag mempersiapkan pelayanan bagi tamu Allah yang sedang menjalankan ibadah haji terlihat di Mina. Di mana jarak pemondokan sangat jauh sekali dari tempat melempar jumroh, sehingga jamaah haji Indonesia yang lanjut usia kerap tersesat akibat kondisi fisik yang memang sudah tidak memungkinkan untuk berjalan jauh.

Pantaun ketidaksiapan lainnya terdapat di Posko Jamarat 1-3 dan Posko Muasim 1-3. Posko tersebut diisi hanya 3 petugas jaga yang hanya bisa berdiri. Ya, mereka hanya bisa diperbolehkan untuk berdiri karena kalau duduk para jamaah haji Indonesia yang lansia itu akan diusir oleh Askar. Askar tidak memperbolehkan para jamaah haji untuk duduk di sekitar lokasi jamarat karena menghalangi jalan.

Posko- posko yang terpasang pun juga tidak menyediakan prasarana memudahkan jamaah haji yang lansia seperti kursi roda, mobil atau alat angkut yang bisa memberikan pertolongan kepada mereka yang kelelahan.

Padahal perjalanan para jamaah haji tersebut sekitar 4 Km untuk pergi ke tempat melempar jumroh. Karena tidak disediakan prasarana transportasi, para jamaah harus rela dan sabar dengan duduk diujung jalan demi mengembalikan tenaga. Sementara para petugas yang biasa dipanggil dengan nama 'Pembimbing Ibadah' hanya bisa menenangkan para jamaah haji dengan kata sabar.

Ketidaksiapan prasarana di posko diperparah oleh kondisi tidak mencukupinya prasarana di pusat-pusat kegaitan PPHI dan BPHI. Beberapa kali petugas berupaya meminta bantuan agar ada kendaraan yang menjemput jamaah yang kelelahan ini,namun karena kondisi di pusat kegiatan seringkali sibuk. Akibat banyaknya jemaah yang sakit dan perlu bantuan serta terpakainya semua ambulan untuk melakukan evakuasi, maka jamaah pun tidak bisa ditolong sama sekali.

Dengan kondisi ini maka tidak salah jika jamaah benar-benar menjaga badan dan kesehatan mereka,karena jamaah Indonesia berbeda dengan jamaah haji lainnya tidak bisa mengandalkan penyelengara hajinya jika terjadi sesuatu pada mereka. Jika mereka sakit di jalan dan membutuhkan pertolongan, para jamaah haji Indonesia nampaknya hanya bisa meminta bantuan pada Allah SWT tanpa bisa mengharapkan bantuan sama sekali dari para penyelenggara haji yang entah tidak profesional atau tidak amanah.

Kementrian agama sebagai penyelenggara juga nampaknya kalah dengan pemerintah-pemerintah negara lain seperti Turki dan India yang mampu menyediakan tempat perawatan jamaah di dekat Jamarat dan ambulan yang hilir mudik mengangkut jamaahnya yang sakit. Loby Kementerian Agama nampaknya kalah dengan loby pemerintahan kedua negara itu meski Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia dan jumlah jamaah haji Indonesia adalah yang terbesar.

Loby kementrian agama nampaknya juga kalah dengan loby para Penyelenggara Ibadah Haji Khusus atau yang dulu lebih dikenal dengan ONH plus yang mampu mendapatkan lokasi tenda jemaahnya di dekat jamarah.Tenda-tenda PIHK itu semuanya berderet sepanjang jalan di depan jamarat. Kemenag nampaknya tidak sanggup menyewa satu tenda saja untuk kepentingan tempat pengobatan para jemaah.

"Masak PIHK bisa membayar tempat yang tidak terlalu jauh,kemenag untuk membayar satu tenda posko saja tidak sanggup?," ujar salah seorang jemaah Imam Syafei dari Jember kloter 71 Surabaya,yang sudah sejak pagi tersesat sehabis dari Arafah semalamnya dan mabid di Muzdalifah kemudian ke Masjidil Haram untuk melakukan tawaf ifada dan terakhir melontar jumroh aqoba.

Sebelumnya juga ramai diberitakan adanya rombongan jumbo mentri agama yang terdiri dari keluarga dan kerabat yang menginap di hotel bintang lima.

"Yah seharusnya menag itu tinggal bersama kita,biar tahu susahnya para jemaah.Bagaimana dia bisa tahu susahnya jemaah kalau dia tinggal di hotel berbintang?,"ujar Imam terheran-heran.


SUMBER